| M - U - F - C FOR THE LOVE NOT THE MONEY | , | RED ARMY - LOYAL - LOUD - PROUD | , | WE LOVE UNITED |

Friday, May 29, 2015

UPGRADE DIAMETER VELG DAN BAN MOBIL



Gonta ganti ukuran pelek jamak dilakukan oleh para penyuka modifikasi. Umumnya diameter pelek diganti ke ukuran yang lebih besar. Misalnya, bila sebelumnya pakai ring 16 diganti pakai pelek ring 18. Nah, penggantian pelek ini pastinya diikuti dengan penggantian ban ke diameter yang  lebih besar. Tapi ingat, untuk kenyamanan, penggantian pelek dan ban juga ada syaratnya loh! 

“Yang paling utama perhatikan outside diameter (od) atau diameter luar ban yang akan dipakai ketika mengganti pelek ke diameter yang lebih besar,” ungkap Adang Apandi, Manager-Product Technical, PT Gajah Tunggal Tbk, produsen ban GT Radial dan IRC ketika sedang mengisi diskusi safety driving beberapa waktu lalu.

Sebisa mungkin diameter luar ban harus tetap sama meski ukuran pelek diubah jadi lebih besar. Artinya ketika mengganti pelek juga harus memperhatikan ukuran ban yang akan dipakai. Utamanya memperhatikan aspec ratio ban. Seperti sudah dijelaskan pada tulisan sebelumnya yang membahas cara baca ukuran ban, aspec ratio boleh diartikan sebagai tebal-tipisnya ban. 

Aspect ratio dihitung dari persentase section width (ukuran antara sisi ban, diukur dari bagian dalam ban) dibandingkan dengan section height (tinggi dari tapak ban ke bead ban atau dasar ban yang memegang velg). Misalnya pada ukuran berikut ini, 225/35R19. “225” adalah section width, sedang aspec ratio ada pada angka “35”. Makin kecil angka aspect ratio-nya maka ban akan semakin tipis dan sebaliknya, bila angka semakin besar ban akan semakin tebal.

MODIFIKASI CEPER PADA MOBIL


Membuat bagian kaki-kaki mobil menjadi lebih pendek dalam modifikasi sebenarnya sudah lama merasuki tanah air, terutama bagi para anak muda penunggang mobil. Modifikasi seperti ini lebih akrab terdengar dengan sebutan Modifikasi ‘ceper’, jika di negara eropa biasa disebut dengan low rider.
Tampilan Modifikasi dengan gaya ceper dapat membuat mobil makin keren untuk dilihat. Banyak cara agar bisa menjadikan mobil terlihat lebih ceper, mulai dari yang rela melakukan potong memotong per dan shock absorber original ataupun aftermarket hingga dengan mengaplikasikan lowering kit suspension yang hanya tinggal plug ‘n play, namun untuk hal ini anda harus rela mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkannya. Selain dari itu semua banyak faktor yang perlu diperhatikan dan pertimbangan sebelum menerapkan Modifikasi bergaya ceper.

Kelebihan dan Kekurangan
Biar tidak salah kaprah pada saat menerapkan Modifikasi seperti ini, perlu anda ketahui bahwa kelebihan dari Modifikasi ini di samping dapat meningkatkan performa penampilan eksterior mobil, Modifikasi men-ceperkan mobil juga dapat menjadi solusi jitu dalam mengatasi suspensi yang limbung / goyang, khususnya untuk jenis mobil yang memiliki ground clearance cukup tinggi, tetapi efek negatifnya dari Modifikasi ini pasti menyebabkan bantingan suspensi mobil makin terasa lebih keras dari keadaan normalnya, Apalagi jika sering melintasi jalanan yang tidak rata atau rusak, yang otomatis tentunya mengurangi faktor kenyamanan.
Kemudian, Anda juga harus mempertimbangkan faktor apakah mobilnya hanya untuk keperluan kontes atau untuk dipakai sehari-hari. Modifikasi bergaya ceper tidak akan masalah jika hanya mempertimbangkan segi fashionnya saja Jika memang mobil hanya khusus untuk keperluan kontes, atau bahkan hingga sampai merubah sudut chamber menjadi minus dan bermain wide body, Tetapi untuk mobil yang digunakan sehari-hari penerapannya harus tetap memperhatikan faktor kenyamanan dan keamanan dalam berkendara sehari-hari di jalan raya.

Thursday, May 14, 2015

NOSTALGIA ADIDAS DENGAN MANCHESTER UNITED

Nostalgia Adidas dengan Manchester United


Nike memilih mundur dari penyedia kostum dan perlengkapan Manchester United. Digantikan oleh Adidas yang akan kembali menghiasi segala jenis perlengkapan Manchester United, terhitung mulai musim 2015/2016.

Kerja sama manis yang berlangsung selama 13 tahun harus berakhir. Produsen pakaian olah raga asal Negeri Paman Sam, Nike, akhirnya memilih mundur dari penyedia kostum dan perlengkapan klub dengan merk paling berpengaruh dalam bidang olah raga di seantero bumi, Manchester United. Ikatan Nike dan Manchester United dimulai pada tahun 2002, ketika merk berlogo swoosh tersebut berhasil menggantikan posisi Umbro yang telah mendampingi United sejak Liga Primer Inggris pertama kali bergulir pada 1992. Dalam kurun waktu tersebut, Nike yang mengucurkan dana 23,5 juta poundsterling per musimnya ke kantong manajemen Setan Merah juga turut merasakan manisnya menjuarai Liga Inggris enam kali, satu Piala FA, dua Piala Liga, satu trofi juara Liga Champions dan sekali jawara Piala Dunia Antarklub FIFA pada tahun 2008.
Kucuran dana melimpah pula yang sanggup menggoda manajemen klub Setan Merah serta menampik tawaran Nike yang dinilai tidak sebanding dengan kualitas dan kekuatan merk dagang klub yang diyakini melebihi Liverpool, Real Madrid dan Barcelona dari sisi komersial. Adalah aparel yang juga pernah bekerjasama dengan United yang akan menghiasi segala jenis perlengkapan klub terhitung musim 2015/2016 esok, Adidas. Produsen aparel yang dirintis oleh Adolf Dassler ini berani menggelontorkan dana senilai 750 juta poundsterling guna mendampingi United hingga musim 2024/2025 berakhir. Sebuah nilai yang fantastis tentu saja, mengingat keluarga Glazer dulu mengakuisisi United “hanya” dengan nilai 790 juta poundsterling saja.
Kesepakatan dengan Adidas ini sekaligus membuat United sebagai klub yang memiliki kontrak tertinggi dengan aparel, jauh meninggalkan Real Madrid, Chelsea dan Arsenal yang masih berada pada kisaran angka 30 juta poundsterling per musimnya. Merk dengan ciri tiga garis ini juga bukan merk baru bagi United. Sebelum era Liga Primer bergulir, keduanya pernah juga bekerja sama, yang salah satunya menghasilkan trofi Piala Winner pada tahun 1991. Kala itu Adidas masih menggunakan logonya yang dikenal dengan nama Trefoil, dengan bentuk khasnya yang menyerupai daun.

Tuesday, May 12, 2015

DENIS IRWIN DISCUSSES THE ART OF PENALTY TAKING

 Irwin: Confidence is the key to scoring penalties


It takes one to know one... Denis Irwin proved the old adage correct when he recently tipped Juan Mata as a potential penalty taker for Manchester United. 

The Spaniard duly delivered with the crucial opening goal against Crystal Palace, converting his first spot-kick for the club in a cool and clinical manner reminiscent of Irwin's own style. But what does it take to find the net from 12 yards in an often high-pressure situation? We asked Denis to share his penalty expertise, as he prepares to play at Old Trafford again in next month's legends match against Bayern Munich...
What do you look for in a good penalty taker?For me, it's whoever feels the most confident in the dressing room really. You can practice penalties all you want, take them in training and all that, but it’s a totally different kettle of fish when you're in a match situation. The main thing is to be confident. If you’ve got confidence in yourself, you’ve got a good chance of scoring.

How did you acquire the role at United? It took a while - I never took any penalties for Oldham, my previous club, and when I came to United in 1990, Steve Bruce was the regular penalty taker. When he left in 1996, Eric Cantona took over, and then Teddy Sheringham followed him. But Teddy missed his first three so I was asked to take them. I only took penalties regularly for three or four years, believe it or not, but I enjoyed it. I didn’t mind the pressure, although I did miss one - as most players do now and again.

Which spot-kick was the most nerve-wracking?I'd say it was the one against Southampton in 1995 [10 May]. It was the last home game of the season and we needed to win to keep our title challenge going but the score was still 1-1 when we were awarded a penalty late on. Bruce and Cantona weren't playing so I had to take it. I was really nervous and their goalkeeper was Dave Beasant, who was particularly good at stopping penalties, as we knew from the 1988 FA Cup final [when he denied Liverpool's John Aldridge]. It was a nervous moment, so I was glad to see it hit the back of the net. We won the match 2-1.

What was your secret to taking penalties?Well, I used to just always favour a particular side of the goal, keep my head down and hit it hard. But then the keepers worked me out, so I had to be flexible and change the way I would go.





#mufc
#IAMUNITED

source : www.manutd.com