
Tak bisa dipungkiri gaya modifikasi mobil saat ini mengarah pada gaya yang menyisakan jarak hitungan jari ke aspal. Stanced, slammed car, menjadi arus utama para car enthusiast. Namun diantara satu arus utama tersebut, ternyata membelah menjadi dua aliran: Static dan Bagged.
Ini adalah perseteruan antara mereka yang identik dengan kunci pas, keringat dan kerja keras, serta mereka yang dimanjakan dengan switch kontrol dan kompresor udara.
Memang bukan sedramatis pergolakan antara kaum atas dan bawah, ini lebih kepada mana yang memutar otak dan mana yang dimanjakan teknologi dalam gaya hidup mobil-mobil ‘down to earth‘.
Toyota MR2 static berjuluk ‘Devil Horn’ yang tenar di scene stance di AS, ternyata milik pria asal Bandung, Indonesia
Dari Potong Per Rp300 Ribu Sampai Coilover Jutaan Rupiah
Soal bagaimana cara membuat orang-orang sekitar ‘mematahkan’ lehernya untuk memandangi mobil mereka, banyak para kaum Static lebih membanggakan diri sebagai ‘hardcore’.
Dari mereka yang berkantong tipis dengan hanya memotong per asli mobil menjadi lebih rendah dan menarik fender dengan tang dan palu, mereka yang sedikit mapan dengan membeli per aftermarket dan membayar jasa rolling atau melipat fender, hingga mereka yang berduit dengan mengandalkan coilover.
Semuanya memiliki passion yang sama untuk memutar otak, bagaimana memasang velg dengan lebar, diameter, dan offset serta sudut camber yang diimpikan, sehingga mendapatkan tight fitment dan stance yang oke pada mobil mereka, dengan gap seminim mungkin antara roda dan fender.









