KONFLIK DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Perkembangan masyarakat dalam suatu wilayah bergantung pada kebutuhan – kebutuhan yang dimiliki oleh anggota masyarakat serta susunan dari anggota masyarakat tersebut. Masyarakat yang memiliki suatu kebutuhan yang banyak akan terus berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan terkadang dalam memenuhi kebutuhan tersebut, masyarakat mengalami kontak fisik sehingga menimbulkan suatu konflik antar masyarakat. Sebagai proses sosial, di latarbelakangi oleh adanya perbedaan ciri – ciri yang dibawa oleh individu yang terlibat dalam suatu interaksi. Perbedaan – perbedaan tersebut adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat - istiadat, keyakinan dan sebagainya.Hal ini biasa terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat.Setiap kebutuhan/keinginan setiap orang berbeda-beda,oleh sebab itu timbullah konflik dalam kehidupan masyarakat ini.
Penyebab-penyebab adanya konflik di masyarakat sbb:
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada
yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun
latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar
terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak,
perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Jenis-jenis Konflik sbb:
Menurut Dahrendorf,
konflik dibedakan menjadi beberapa macam :
- Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan- peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
- Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
- Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa)
- Konflik antar satuan nasional (kampanye)
- Konflik antar politik
- Konflik antar atau tidak antar agama
Contoh Konflik sbb:
- Konflik Vietnam berubah menjadi perang.
- Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.
- Konflik Katolik-Protestan di Iralndia utara memberikan contoh konflik bersejarah lainnya.
- Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia, konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.
Hasil atau akibat dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
- Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
- Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
- Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
- Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Penyelesaian/cara mengatasi konflik :
Secara sosiologis,
proses sosial dapat
berbentuk proses sosial
yang bersifat menggabungkan (associative processes)
dan proses sosial
yang menceraikan (dissociative
processes). Proses sosial
yang bersifat asosiatif
diarahkan pada terwujudnya
nilai-nilai seperti keadilan
sosial, cinta kasih,
kerukunan, solidaritas. Sebaliknya proses sosial yang bersifat
dissosiatif mengarah pada
terciptanya nilai-nilai negatif
atau asosial, seperti kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan,
pertentangan, perpecahan dan sebagainya.
Jadi proses sosial asosiatif dapat dikatakan proses positif. Proses sosial yang dissosiatif disebut proses negatif.
Sehubungan dengan hal ini, maka proses sosial yang asosiatif dapat digunakan sebagai usaha menyelesaikan
konflik.
Adapun bentuk
penyelesaian konflik yang
lazim dipakai, yakni
konsiliasi, mediasi, arbitrasi,
koersi (paksaan), detente. Urutan
ini berdasarkan kebiasaan orang mencari penyelesaian suatu masalah, yakni cara yang tidak formal lebih dahulu, kemudian
cara yang formal, jika cara pertama tidak membawa hasil.
- Konsiliasi
Konsiliasi berasal
dari kata Latin conciliatio atau perdamaian yaitu suatu cara untuk
mempertemukan pihak-pihak yang
berselisih guna mencapai persetujuan bersama untuk berdamai.
- Mediasi
- Arbitrasi
- Koersi
- Detente
No comments:
Post a Comment