| M - U - F - C FOR THE LOVE NOT THE MONEY | , | RED ARMY - LOYAL - LOUD - PROUD | , | WE LOVE UNITED |

Friday, January 10, 2014

SOFTSKILL: KONFLIK KEHIDUPAN MASYARAKAT

KONFLIK DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT



       Perkembangan masyarakat dalam suatu wilayah bergantung pada kebutuhan – kebutuhan yang dimiliki oleh anggota masyarakat serta susunan dari anggota masyarakat tersebut. Masyarakat yang memiliki suatu kebutuhan yang banyak akan terus berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dan terkadang dalam memenuhi kebutuhan tersebut, masyarakat mengalami kontak fisik sehingga menimbulkan suatu konflik antar masyarakat. Sebagai proses sosial, di latarbelakangi oleh adanya perbedaan ciri – ciri yang dibawa oleh individu yang terlibat dalam suatu interaksi. Perbedaan – perbedaan tersebut adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat  - istiadat, keyakinan dan sebagainya.Hal ini biasa terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat.Setiap kebutuhan/keinginan setiap orang berbeda-beda,oleh sebab itu timbullah konflik dalam kehidupan masyarakat ini. 



Penyebab-penyebab adanya konflik di masyarakat sbb:



  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
        Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

  • Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. 



Jenis-jenis Konflik sbb:


Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi beberapa macam :

  •    Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-                  peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  •     Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  •     Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa)
  •     Konflik antar satuan nasional (kampanye)
  •     Konflik antar politik
  •     Konflik antar atau tidak antar agama  









Contoh Konflik  sbb:
  • Konflik Vietnam berubah menjadi perang.
  • Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga                   timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.
  • Konflik Katolik-Protestan di Iralndia utara memberikan contoh konflik bersejarah                 lainnya.
  • Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik                 Bosnia-Kroasia, konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.


Akibat-akibat dari konflik sbb:



Hasil atau akibat dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :


  • Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami               konflik dengan kelompok lain.
  • Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
  • Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci,                 saling curiga dll.
  • Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
  • Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.



Penyelesaian/cara mengatasi konflik :

Secara   sosiologis,   proses   sosial   dapat   berbentuk   proses   sosial   yang   bersifat   menggabungkan (associative  processes)  dan  proses  sosial  yang  menceraikan  (dissociative  processes).  Proses  sosial  yang  bersifat  asosiatif  diarahkan  pada    terwujudnya  nilai-nilai  seperti  keadilan  sosial,  cinta  kasih,  kerukunan, solidaritas. Sebaliknya proses sosial yang bersifat dissosiatif mengarah pada  terciptanya  nilai-nilai negatif atau asosial, seperti kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan, pertentangan,  perpecahan dan sebagainya. Jadi proses sosial asosiatif dapat dikatakan proses positif. Proses sosial  yang dissosiatif disebut proses negatif. Sehubungan dengan hal ini, maka proses sosial yang asosiatif  dapat digunakan sebagai usaha menyelesaikan konflik. 
Adapun  bentuk  penyelesaian  konflik  yang  lazim  dipakai,  yakni  konsiliasi,  mediasi,  arbitrasi,  koersi  (paksaan), detente. Urutan ini berdasarkan kebiasaan orang mencari penyelesaian suatu masalah, yakni  cara yang tidak formal lebih dahulu, kemudian cara yang formal, jika cara pertama tidak membawa  hasil.  

  •  Konsiliasi

     Konsiliasi berasal dari kata Latin conciliatio atau perdamaian yaitu suatu cara untuk mempertemukan  pihak-pihak yang berselisih guna mencapai persetujuan bersama untuk berdamai.

  • Mediasi
           Mediasi   berasal   dari   kata   Latin   mediatio,   yaitu   suatu   cara   menyelesaikan   pertikaian   dengan  menggunakan  seorang  pengantara  (mediator).  Dalam  hal  ini  fungsi seorang  mediator  hampir  sama  dengan  seorang  konsiliator.  Seorang  mediator  juga  tidak  mempunyai  wewenang  untuk  memberikan  keputusan  yang  mengikat;  keputusannya  hanya  bersifat  konsultatif.  Pihak-pihak  yang  bersengketa  sendirilah yang harus mengambil keputusan untuk menghentikan perselisihan.   

  • Arbitrasi
            Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan seorang hakim (arbiter)  sebagai  pengambil  keputusan.  Arbitrasi  berbeda  dengan  konsiliasi  dan  mediasi.  Seorang  arbiter  memberi keputusan yang mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang hakim  harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak menerima  keputusan itu, ia dapat naik banding kepada  pengadilan   yang   lebih   tinggi   sampai   instansi   pengadilan   nasional   yang   tertinggi.  

  • Koersi
            Koersi  ialah  suatu  cara  menyelesaikan  pertikaian  dengan  menggunakan  paksaan  fisik  atau  pun  psikologis.  Bila  paksaan  psikologis  tidak  berhasil,  dipakailah  paksaan  fisik.  Pihak  yang  biasa  menggunakan  paksaan  adalah  pihak  yang  kuat,  pihak  yang  merasa  yakin  menang,  bahkan  sanggup  menghancurkan  pihak  musuh.  Pihak  inilah  yang  menentukan  syarat-syarat  untuk  menyerah  dan  berdamai yang harus diterima pihak yang lemah. Misalnya, dalam perang dunia II Amerika memaksa  Jepang untuk menghentikan perang dan menerima syarat-syarat damai.    

  • Detente
        Detente  berasal  dari  kata  Perancis  yang  berarti  mengendorkan.  Pengertian  yang  diambil  dari  dunia  diplomasi  ini  berarti  mengurangi  hubungan  tegang  antara  dua  pihak  yang  bertikai.  Cara  ini  hanya  merupakan  persiapan  untuk  mengadakan  pendekatan  dalam  rangka  pembicaraan  tentang  langkah- langkah  mencapai perdamaian. Jadi hal ini belum ada penyelesaian definitif, belum ada pihak yang  dinyatakan   kalah   atau   menang.   
 


 






















No comments: